SENANGNYA MENIMBA ILMU DARI PRAKTISI PEMILU
kota-salatiga.kpu.go.id— Sekolah Pemilu bertema “Membentuk Agent of Change Pemilu yang Berintegritas dan Profesional Guna Mempersiapkan Pemilu 2024” yang dihadiri 32 mahasiswa Hukum Tata Negara HTN Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga. Pada kegiatan tersebut Ketua KPU Kota Salatiga, Syaemuri, sebagai narasumber yang menyampaikan dua materi utama, Demokrasi di Indonesia dan Pemilu dalam Sejarah Republik Indonesia. Sebelum pemaparan materinya, Syaemuri bertanya apa motivasi peserta mengikuti Sekolah Pemilu tersebut. M. Khusni salah satu peserta mengatakan, “Saya penasaran dengan Pemilu 2024 dan ingin tahu lebih lanjut tentang Pemilu, utamanya soal Badan Penyelenggara Pemilu.” “Masyarakat belum banyak tahu soal Pemilu. Oleh karena itu, saya ingin mengikuti Sekolah Pemilu ini untuk bisa memperoleh ilmu yang bisa saya bagikan kepada masyarakat” kata peserta lainnya, Irfan Zulfa. Setelah itu, Syaemuri memulai pemaparannya. Salah satu materi yang disampaikan adalah sejarah Pemilu sejak tahun 1955 hingga 2019. Ia menyebut bahwa perjalanan Pemilu terbagi menjadi empat era, pertama, era revolusi di tahun 1955, ketika Pemilu pertama kali diselenggarakan untuk memilih anggota DPR dan anggota konstituante. Kedua, era orde baru yang pada saat itu terdapat 6 kali Pemilu. Pemilu pertama di era orde baru diselenggarakan pada tahun 1971 untuk memilih anggota DPR dan DPRD. Pemilu selanjutnya terselenggara di tahun 1977, 1982, 1987, 1992 dan 1997. Ketiga, era reformasi di tahun 1999. Pada saat tersebut, Presiden Habibie mengajukan paket undang-undang politik yang kemudian menjadi Undang-Undang 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum, dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Ketiga Undang-Undang tersebut kemudian mengubah desain Pemilu di Indonesia. Keempat, era pasca reformasi, pada era ini terselenggara Pemilu untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden secara langsung di tahun 2004. Setelahnya, Pemilu diselenggarakan secara periodik di tahun 2009, 2014 dan 2019. Antusiasme peserta, terlihat dari banyaknya pertanyaan yang mereka ajukan selama kelas berlangsung. Secara bergantian mengajukan pertanyaan seputar sejarah Pemilu di era orde baru hingga bagaimana persiapan KPU dalam menyongsong Pemilu Serentak 2024 mendatang. Akhir sesi, ada ice breaking dan quis. Peserta dengan semangat mengikuti permainan yang telah dipersiapkan oleh panitia, mulai dari game Samson dan Delilah, quis menyusun urutan tahapan Pemilu dan lainnya. Kegiatan ditutup dengan pengumuman lomba pembuatan konten edukasi terkait ajakan untuk memastikan nama terdaftar sebagai pemilih di aplikasi Lindungi Hakmu dan himbauan untuk menggunakan hak pilih di tanggal 14 Februari 2024 mendatang. Lomba tersebut berhadiah total Rp 500.000,- untuk 5 orang pemenang. “Senang sekali ikut acara ini, karena saya dapat ilmu baru. Kedepannya saya berharap akan ada acara serupa yang seru,” ujar Choirunnisa Nuraini ketika ditanya bagaimana kesan pesan setelah mengikuti Sekolah Pemilu. Naura Abby Cahya Putra juga mengatakan hal serupa. “Semoga ilmu soal Pemilu ini bisa saya aplikasikan di kemudian hari. Semoga juga akan diselenggarakan acara seminar seperti ini lagi,” ucapnya. (hmskpusltg/hkl)
Selengkapnya