SALATIGA RAIH KOTA TERTOLERAN SE-INDONESIA

Di era tahun 1990-an Kota Salatiga mendapat julukan Indonesia Mini. Julukan ini bukan tanpa sebab, karena di Salatiga beragam agama, etnis, suku, ras, dan budaya yang ada dan tinggal di Kota mungil di Provinsi Jawa Tengah ini. Mereka hidup Bersama, bertetangga, berdampingan tanpa ada tekanan  maupun paksaan. Kota ini juga dikenal sebagai Kota tertua nomor 2 di Indonesia, jika demikian Kota Salatiga merupakan Kota tertua di Pulau Jawa.

Kota Salatiga, sebuah kota kecil di Provinsi Jawa Tengah secara kewilayahan dikelilingi oleh Kabupaten Semarang. Dalam dunia perguruan tinggi terdapat dua Universitas/kampus yaitu (UKSW dan UIN Salatiga) serta Sekolah Tinggi (STIE AMA). Adanya kampus/universitas dengan mahasiswa yang datang dari berbagai wilayah di Indonesia semakin mewarnai keragaman populasi di Kota Salatiga. Jumlah penduduk Kota Salatiga pada tahun 2024 adalah sekitar 198,970 jiwa. Data ini berdasarkan catatan Direktorat Jendral Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil).

Luas wilayah Kota Salatiga adalah 5.678 Km2, secara administratif Kota Salatiga dibagi menjadi 4 (empat) kecamatan, yaitu Kecamatan Argomulyo, Kecamatan Tingkir, Kecamatan Sidomukti, dan Kecamatan Sidorejo serta terdiri dari 23 Kelurahan (besar kemungkinan akan bertambah jumlah keluarahannya). Kota ini berada di daerah cekungan kaki Gunung Merbabu diantara gunung-gunung kecil antara lain: Gajah Mungkur, Telomoyo, dan Payung Rong. Wilayah Salatiga berbatasan  dengan wilayah Kabupaten Semarang.

Hemat penulis, di tahun 2008 terjadi demontrasi besar di Kota Salatiga. Demonstrasi ini melibatkan ribuan hingga puluhan ribu orang yang ikut serta di dalamnya. Demonstrasi berkaitan dengan Persengketaan lahan tanah Salib Putih yang diperebutkan pihak-pihak yang ‘mengatasnamakan kepentingan agama’ meruncing pasca masa Hak Guna Usaha (HGU) di tanah Salib Putih habis di tahun 2007. Dalam aksi demonstrasi yang diikuti oleh ribuan massa ini, dari awal hingga akhir demonstrasi berjalan aman dan lancar.

Begitu juga dalam penyelengaraan kepemiluan di Kota Salatiga, baik dalam Pilwakot tahun 2017, Pilgub tahun 2018, Pileg dan Pilpres 2019 hingga Pemilu Pileg dan Pilpres Tahun 2024 serta Pilkada Serentak di tahun yang sama, semua berjalan lancar, aman, dan kondusif. Tidak ada chaos, kerusuhan, bahkan Tindakan-tindakan yang merusak lainnya

Peran Muspida yang Kompak

Realitas Kota Salatiga dengan keragamannya memang tak terbantahkan, namun demikian peran pemerintah, baik Pemerintah Kota dan jajaran Muspida yang kompak dan solid tentu menjadi cara pengelolaan komunikasi dan koordinasi yang berjalan di track yang tepat. Karena KPU Kota Salatiga dalam hal penyelenggaraan Pemilu Pileg dan Pilpres serta Pilkada Serentak Tahun 2024, tanpa dukungan penuh dari Pemerintah Kota dan jajaran Muspida tentu pelaksanaan tahapan dari awal sampai akhir tidak dapat terlaksana dengan maksimal.

Tentu diakhir tulisan ini kita semua berharap, kenyataan (realitas) Kota Salatiga yang plural (beragam) dalam pengelolaannya ditopang oleh Pemerintahan yang kuat dan solid dalam hal ini adalah Muspida. Intinya, keragaman Kota menjadi asset penting dan dikelola dengan sebaik-baiknya.

Sekali lagi selamat untuk Kota Salatiga meraih predikat Kota Toleran ke 1 Tahun 2024 oleh Setara Institute sebagai Kota Ter-Toleran se- Indonesia. Salatiga Miniatur Indonesia, Salatiga Mendunia. Salam Demokrasi. (WAHYU BUDI UTOMO/ANGGOTA KPU KOTA SALATIGA)

Bagikan:

facebook twitter whatapps

Dilihat 337 Kali.