
PEMILIH PEMULA: SIGNIFIKANSI KUANTITAS DAN PENDIDIKAN POLITIKNYA
Dalam penyelenggaraan pemilu baik Pemilu Pileg dan Pilpres hingga Pilkada pemilih pemula termasuk dalam kategori pemilih yang memiliki prosentase yang cukup besar. Pemilu 2019 lalu merupakan pemilu pertama Indonesia dengan jumlah pemilih muda milenial terbanyak dalam sejarah. Dari 196,5 juta data pemilih Pemilu 2019, pemilih pemula berjumlah 7,4 persen atau sekitar 14 juta pemilih. Lalu pada pemilu tahun 2024 prosentase pemilih masuk kategori Gen Z dan milenial mencapai 55 persen. Kenaikan ini tidak main-main, dapat dipastikan pada pemilu yang akan datang, angka ini juga akan mengalami kenaikan. Jika Pemilu dilaksanakan di tahun 2029.
Berdasar pada data Badan Pusat Statistik (BPS) Nasional per-tahun 2025 kelompok umur 10 – 14 tahun yang terdiri dari laki-laki 11.250,0 juta jiwa, Perempuan 10.766,1 juta jiwa. Pada kelompok 15 – 19 tahun sejumlah 22.095,7 juta, terdiri dari laki-laki 11.389,4 juta, dan Perempuan 10.706,3 juta. Dan data pada Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Salatiga per-2024 untuk kelompok umur 10 – 14 tahun yang terdiri dari laki-laki 7.968 jiwa, Perempuan 7.553 jiwa totalnya adalah 15.521 jiwa. Pada kelompok umur 15 -19 tahun terdiri dari laki-laki 8.013 jiwa, Perempuan 7.599 jiwa, totalnya mencapai 15.612 jiwa. Memang BPS tidak merinci usia berdasar pada umur, tapi pengelompokkan pada rentang usia. Bila kita asumsikan secara sederhana, pemilih pemula yang akan berpartisipasi pada Pemilu tahun 2029 yang akan datang mencapai angka ribuan, kita ambil ambang batas minimal dan maksimalnya di umur 13 – 16 tahun saat ini.
Saat ini KPU Kota Salatiga melakukan Pemutakhiran Data Pemilih Berkelanjutan (PDPB) sebagai bentuk komitmen dalam pemutakhiran data pemilih. Tujuannya adalah memelihara dan memperbaharui DPT Pemilu dan/atau Pemilihan terakhir secara berkelanjutan untuk penyusunan DPT pada Pemilu dan/atau Pemilihan berikutnya dengan tetap menjamin kerahasiaan data. Sekaligus menyediakan data dan informasi Pemilih berskala nasional mengenai Data Pemilih secara komprehensif, akurat, dan mutakhir. Pemutakhiran daftar pemilih ini Menyusun data pemutakhiran yang paling baru dan ter-update.
Urgensi pendidikan politik bagi pemilih pemula
Pendidikan politik bagi pemilih pemula merupakan keniscayaan, mengapa? Pemahaman kepada pengertian, pemahaman, nilai, dan tujuan dalam politik menjadi hal penting bagi pemilih pemula khususnya, dan keseluruhan pemilih pada umumnya.
Ditengah beragam informasi yang berseliweran melalui media social maupun media lainnya tidak kurang mengalami banyak distorsi, jika boleh dikata, mengalami pembelokan. Disinilah peran penyelenggara dalam hal ini KPU, memberikan pemahaman yang benar tentang Pendidikan politik. Sejauh pengalaman kemarin pada perhelatan tahapan pemilu dan juga Pilkada serentak, sosialisasi yang dilakukan oleh KPU terutama kepada pemilih pemula adalah penyampaian materi dan praktik simulasi, yakni, mengintegrasikan pemahaman dengan kenyataan.
Peran berbagai pihak dalam pendidikan politik
Pendidikan politik bagi pemilih pemula tidak dapat berjalan dengan maksimal tanpa peranan dari keluarga, sekolah, hingga pemerintah. Mengapa tiga sektor ini penting? Pertama, keluarga merupakan komunitas paling kecil dalam masyarakat. Di setiap harinya pemilih pemula ini berinteraksi dengan keluarga. Keluarga dapat menyampaikan informasi yang benar kepada anggota keluarga yang sudah cukup usia secara komunikatif. Hal ini dapat meminimalisir pembengkokan informasi yang diterima oleh anggota keluarga baik melalui televisi maupun media social secara massif. Kedua, Sekolah. Sekolah merupakan pusat Pendidikan dan Pembangunan cara berfikir (mindset) serta tumbuh kembang sikap bagi peserta didik. Selain dalam internal keluarga, sekolah adalah wadah paling strategis. Guru maupun fasilitator dengan berbagai keilmuan dan pengalamannya dapat mengarahkan peserta didik dalam menerima dan menyerap informasi apapun, apalagi berkenaan dengan pemilu. Di sekolah terdapat Pendidikan P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) memuat tujuan membentuk pelajar Indonesia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkebhinekaan global, gotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. Dalam P5 juga mendorong peserta didik dapat berfikir dan berpandangan Holistik, maksudnya gimana? Cara melihat segala sesuatu secara utuh dan menyeluruh, tidak setengah-setengah (parsial). Kemudian, Kontekstual, bagaimana mengaitkan pembelajaran dengan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya bahwa pembelajaran itu Berpusat pada Peserta Didik, dengan memberikan keleluasaan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Terakhir adalah Eksploratif, para fasilitator atau guru mendorong siswa untuk mengembangkan diri dan melakukan penyelidikan. Dari berbagai rangkaian ini peserta didik akan lebih memahami konsep dan nilai politik, demokrasi dan kepemiluan secara luas yang konteks dengan kehidupan sehari-hari.
Ketiga, peran yang tidak kalah urgent selanjutnya adalah Pemerintah, dalam hal ini Pemerintah Kota, karena pemerintah kota mempunyai akses yang luas, baik di lingkungan OPD maupun Muspida. Hal ini akan menambah soliditas dalam penyelenggaraan Pendidikan politik bagi pemilih pemula. Jika hal ini berjalan on the track, bukan tidak mungkin kegiatan ini akan berjalan rapih dan maksimal.
Maka komitmen KPU dalam mensosialisasikan Pendidikan politik bagi pemilih, khususnya pemilih pemula berjalan maksimal bagi generasi hari ini dan generasi di masa akan datang. Hal tersebut dapat berjalan dengan mantab berkat Kerjasama yang sedemikian rupa dalam pelaksanaan Pendidikan politik bagi pemilih pemula. Disamping masalah kuantitas berpotensi meningkat, kualitas pemahaman pemilih pemula terus ditumbuhkan. Salam demokrasi.
Dalam penyelenggaraan pemilu baik Pemilu Pileg dan Pilpres hingga Pilkada pemilih pemula termasuk dalam kategori pemilih yang memiliki prosentase yang cukup besar. Pemilu 2019 lalu merupakan pemilu pertama Indonesia dengan jumlah pemilih muda milenial terbanyak dalam sejarah. Dari 196,5 juta data pemilih Pemilu 2019, pemilih pemula berjumlah 7,4 persen atau sekitar 14 juta pemilih. Lalu pada pemilu tahun 2024 prosentase pemilih masuk kategori Gen Z dan milenial mencapai 55 persen. Kenaikan ini tidak main-main, dapat dipastikan pada pemilu yang akan datang, angka ini juga akan mengalami kenaikan. Jika Pemilu dilaksanakan di tahun 2029.
Berdasar pada data Badan Pusat Statistik (BPS) Nasional per-tahun 2025 kelompok umur 10 – 14 tahun yang terdiri dari laki-laki 11.250,0 juta jiwa, Perempuan 10.766,1 juta jiwa. Pada kelompok 15 – 19 tahun sejumlah 22.095,7 juta, terdiri dari laki-laki 11.389,4 juta, dan Perempuan 10.706,3 juta. Dan data pada Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Salatiga per-2024 untuk kelompok umur 10 – 14 tahun yang terdiri dari laki-laki 7.968 jiwa, Perempuan 7.553 jiwa totalnya adalah 15.521 jiwa. Pada kelompok umur 15 -19 tahun terdiri dari laki-laki 8.013 jiwa, Perempuan 7.599 jiwa, totalnya mencapai 15.612 jiwa. Memang BPS tidak merinci usia berdasar pada umur, tapi pengelompokkan pada rentang usia. Bila kita asumsikan secara sederhana, pemilih pemula yang akan berpartisipasi pada Pemilu tahun 2029 yang akan datang mencapai angka ribuan, kita ambil ambang batas minimal dan maksimalnya di umur 13 – 16 tahun saat ini.
Saat ini KPU Kota Salatiga melakukan Pemutakhiran Data Pemilih Berkelanjutan (PDPB) sebagai bentuk komitmen dalam pemutakhiran data pemilih. Tujuannya adalah memelihara dan memperbaharui DPT Pemilu dan/atau Pemilihan terakhir secara berkelanjutan untuk penyusunan DPT pada Pemilu dan/atau Pemilihan berikutnya dengan tetap menjamin kerahasiaan data. Sekaligus menyediakan data dan informasi Pemilih berskala nasional mengenai Data Pemilih secara komprehensif, akurat, dan mutakhir. Pemutakhiran daftar pemilih ini Menyusun data pemutakhiran yang paling baru dan ter-update.
Urgensi pendidikan politik bagi pemilih pemula
Pendidikan politik bagi pemilih pemula merupakan keniscayaan, mengapa? Pemahaman kepada pengertian, pemahaman, nilai, dan tujuan dalam politik menjadi hal penting bagi pemilih pemula khususnya, dan keseluruhan pemilih pada umumnya.
Ditengah beragam informasi yang berseliweran melalui media social maupun media lainnya tidak kurang mengalami banyak distorsi, jika boleh dikata, mengalami pembelokan. Disinilah peran penyelenggara dalam hal ini KPU, memberikan pemahaman yang benar tentang Pendidikan politik. Sejauh pengalaman kemarin pada perhelatan tahapan pemilu dan juga Pilkada serentak, sosialisasi yang dilakukan oleh KPU terutama kepada pemilih pemula adalah penyampaian materi dan praktik simulasi, yakni, mengintegrasikan pemahaman dengan kenyataan.
Peran berbagai pihak dalam Pendidikan politik
Pendidikan politik bagi pemilih pemula tidak dapat berjalan dengan maksimal tanpa peranan dari keluarga, sekolah, hingga pemerintah. Mengapa tiga sektor ini penting? Pertama, keluarga merupakan komunitas paling kecil dalam masyarakat. Di setiap harinya pemilih pemula ini berinteraksi dengan keluarga. Keluarga dapat menyampaikan informasi yang benar kepada anggota keluarga yang sudah cukup usia secara komunikatif. Hal ini dapat meminimalisir pembengkokan informasi yang diterima oleh anggota keluarga baik melalui televisi maupun media social secara massif. Kedua, Sekolah. Sekolah merupakan pusat Pendidikan dan Pembangunan cara berfikir (mindset) serta tumbuh kembang sikap bagi peserta didik. Selain dalam internal keluarga, sekolah adalah wadah paling strategis. Guru maupun fasilitator dengan berbagai keilmuan dan pengalamannya dapat mengarahkan peserta didik dalam menerima dan menyerap informasi apapun, apalagi berkenaan dengan pemilu. Di sekolah terdapat Pendidikan P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) memuat tujuan membentuk pelajar Indonesia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkebhinekaan global, gotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. Dalam P5 juga mendorong peserta didik dapat berfikir dan berpandangan Holistik, maksudnya gimana? Cara melihat segala sesuatu secara utuh dan menyeluruh, tidak setengah-setengah (parsial). Kemudian, Kontekstual, bagaimana mengaitkan pembelajaran dengan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya bahwa pembelajaran itu Berpusat pada Peserta Didik, dengan memberikan keleluasaan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Terakhir adalah Eksploratif, para fasilitator atau guru mendorong siswa untuk mengembangkan diri dan melakukan penyelidikan. Dari berbagai rangkaian ini peserta didik akan lebih memahami konsep dan nilai politik, demokrasi dan kepemiluan secara luas yang konteks dengan kehidupan sehari-hari.
Ketiga, peran yang tidak kalah urgent selanjutnya adalah Pemerintah, dalam hal ini Pemerintah Kota, karena pemerintah kota mempunyai akses yang luas, baik di lingkungan OPD maupun Muspida. Hal ini akan menambah soliditas dalam penyelenggaraan Pendidikan politik bagi pemilih pemula. Jika hal ini berjalan on the track, bukan tidak mungkin kegiatan ini akan berjalan rapih dan maksimal.
Maka komitmen KPU dalam mensosialisasikan Pendidikan politik bagi pemilih, khususnya pemilih pemula berjalan maksimal bagi generasi hari ini dan generasi di masa akan datang. Hal tersebut dapat berjalan dengan mantab berkat Kerjasama yang sedemikian rupa dalam pelaksanaan Pendidikan politik bagi pemilih pemula. Disamping masalah kuantitas berpotensi meningkat, kualitas pemahaman pemilih pemula terus ditumbuhkan. Salam demokrasi. (sosdiklih-parhubmas-sdm-kpukotasalatiga)